Labels

  • TEMAN SEJATI…

    Mengerti ketika kamu berkata ‘Aku lupa’ Menunggu selamanya ketika kamu berkata ‘Tunggu sebentar’ Tetap tinggal ketika kamu berkata ‘Tinggalkan aku sendiri’ Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata ‘Bolehkah saya masuk?’

  • Sahabat

    Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…

  • Best Friends

    Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya..

Tuesday, November 23, 2010

EMOSI DAN SPIRITUAL MANUSIA


PERAN EMOSI DAN SPIRITUAL MANUSIA

Disusun oleh:
NAMA   : ARIF NUR SIDIQ
NIM       : 09.12.4218
KELAS  : S1 SI 1J
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA KOMPUTER(STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA
2010

Unsur inteligensia dalam IQ (intelligent quotient) cenderung lebih pada sebuah ukuran kecerdasan manusia dalam menghitung angka, memahami kalimat, mengingat sesuatu, dan lain sebagainya.

Selama ini telah tercipta sebuah stigma di kalangan luas bahwa semakin tinggi tingkat IQ seseorang, maka semakin besar pula tingkat kesuksesannya. Namun beberapa riset yang telah dilakukan oleh para pakar meruntuhkan pandangan tersebut.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan dalam IQ itu tidak ada hubungannya dengan kesuksesan seseorang. Paling tinggi kecerdasan tersebut hanya memengaruhi sekitar 20 persen kesuksesan. Itu pun jika bekerja secara maksimal.

Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata kecerdasan dalam diri seseorang tidak hanya berupa IQ saja. Ada unsur kecerdasan yang lainnya, yakni kecerdasan emosi atau EQ (emotional quotient). Unsur ini justru lebih dominan dalam memengaruhi kesuksesan seseorang. EQ
adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan diri, dan kemampuan
untuk terus berjuang.

Tidak hanya unsur emosi saja yang berpengaruh, ada pula yang disebut SQ (spiritual quotient) atau kecerdasan spiritual. Sedangkan yang dimaksud dengan ESQ (emotional spiritual quotient), merupakan gabungan antara kecerdasan emosional dan spiritual.

Manfaat yang bisa didapat dari keduanya adalah tercapainya keseimbangan antara hubungan horizontal (manusia dengan manusia) dan vertikal (manusia dengan Tuhan).
Terlupakan

Berbagai macam pelatihan atau training kerap dilakukan sejumlah perusahaan untuk meningkatkan kinerja para karyawannya. Bentuk pelatihannya pun bermacam-macam. Sebagian besar pelatihan tersebut didominasi untuk tujuan menghasilkan profit yang

sebesar-besarnya bagi perusahaan, dan bukan mengembangkan potensi terdalam para pekerjanya.
Menurut pakar SDM (sumber daya manusia) dari Dwidaya Consultant, Lidwina Lestari Ningsih, untuk dapat meraih kesuksesan ataupun kebahagiaan, manusia dibekali tiga modal, yakni fisik, emosi, dan spiritual. Modal fisik lebih berupa potensi sumber daya alam.

Berbeda dengan modal emosi yang cenderung pada rasa kebersamaan dan keterikatan emosi. Sedangkan modal spiritual adalah kemampuan mengenal diri sebagai hamba Tuhan.

“Untuk mengelola ketiga modal tadi, diperlukan tiga jenis kecerdasan. Fungsi IQ adalah ‘What I think’ (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fisik atau materi, fungsi EQ adalah ‘What I feel’ (apa yang saya rasakan) untuk mengelola kekayaan sosial, sedangkan fungsi SQ adalah ‘Who am I’ (siapa saya) untuk mengelola kekayaan spiritual,” ungkap konsultan yang akrab disapa Wina itu.

Kepuasan secara emosi dan spiritual, menurutnya, cenderung sulit untuk dipenuhi karena sifat manusia yang selalu merasa tidak pernah puas. Ketidakpuasan tersebut tidak sedikit yang berujung pada kekecewaan yang pada akhirnya menimbulkan stres. “Tentunya stres ini akan berpengaruh pada kinerja seseorang dalam pekerjaannya. Di sinilah peran emosi dan spiritual bekerja,” paparnya.

Senada dengan Wina, pendiri ESQ 165, Ary Ginanjar Agustian, mengungkapkan selama ini kebanyakan perusahaan hanya memberikan kebahagiaan fisik seperti gaji yang tinggi, bonus, atau kebahagiaan emosional seperti penghargaan dan pujian.

Namun hal itu tidak pernah mendatangkan kebahagiaan karena manusia tak pernah puas, bahkan tidak sedikit yang iri dan dengki.

“Untuk meraih kesuksesan dan peningkatan kinerja harus dengan menggabungkan tiga motivasi, yakni motivasi fisik, motivasi emosional, dan motivasi spiritual, sehingga melahirkan motivasi total,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ary mengatakan pelatihan ESQ umumnya akan membangkitkan tujuh nilai dasar yang ada dalam diri peserta. Ketujuh nilai itu yakni jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli. Nilai-nilai itu sesungguhnya sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir.

Namun, melalui pelatihan, peserta diarahkan dapat mencapai ketujuh nilai dasar itu dan membantu membangkitkan kekuatan tersembunyi yang dimiliki masing-masing orang. Tujuan lain dari pelatihan ialah mengerahkan seluruh potensi diri sehingga bisa menjadi sumber daya manusia yang produktif.

Dengan alasan itu pulalah belum lama ini, jajaran anggota DPR dan DPD sepakat mengikuti pelatihan ESQ. Melalui pelatihan itu, para anggota Dewan diharapkan lebih semangat mengabdikan diri mereka selaku wakil rakyat. Dengan demikian, seluruh anggota Dewan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan bersama.

Namun pertanyaannya, urai Wina, apakah beberapa bulan sesudah itu para peserta kembali melakoni ritual lama, kembali berkubang dengan permasalahan yang sama ataupun kinerja perusahaan yang kembali melemah secara dramatis? Penyebab utamanya adalah para peserta tidak melakukan pengukuran efektivitas pelatihan secara tuntas dan sistematis. Harus diakui proses mengukur keefektifan tersebut secara komprehensif memang bukan hal yang mudah.

“Mereka lebih bersemangat saat melakukan proses analisis kebutuhan training. Begitu pula saat mereka “tenggelam” dalam tangisan massal yang kerap berlangsung selama pelatihan itu. Yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan semangat yang terbangun saat itu," pungkasnya.
Di tengah keluh kesah, penderitaan, kekurangan, kefakiran, sakit yang tiada sembuhdan dan kemiskinan yang tiada ujung pangkal, maka tepat sabda baginda Nabi Muhammad bahwa fakir itu dekat dengan kufur. Hati menjerit,memberontak tak tentu arah. Sholat ? Ya sudah, namun tiada khusuk. Berdoa ? Ya juga, namun tiada keyakinan. Coba bayangkan ini. Istri anda cemberut, sedih, gunda gulana. Anak yang kecil menangis minta susu. Anak yang sekolah butuh uang saku. Barang dapur habis. Hutang sudah menumpuk. Kerja ? Sudah kesana kemari mencari tapi takkunjung dapat. Usaha niaga? Sudah mencoba tapi malah bangkrut. Atau juga anda yang digerogoti penyakit yang tiada kunjung sembuh. Sudah berobat ke dokter, sinshe, dukun,kiai tapi tak ada hasil. Bukankah ini seperti hidup di neraka dunia? Apakah ini yang namanya sial? Atau sangkal / apes atau apa sajalah namanya ? Atau jangan-jangan takdir ? Eit tunggu dulu ! Coba kita diam sejenak. Renungkan firman Allah dalam Alquran surah 65 Ath-tholaq akhir ayat kedua. Allah berfirman,”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dari kesulitan”. Maknanya yang sakit menjadi sembuh, yang susah menjadi bahagia, yang miskin menjadi berkelimpahan. Masalahnya betulkah itu terjadi pada kita ? Apakah yang salah pada kita ini ? Barangkali anda sudah merasa taqwa yaitu menjalankan perintahnya dan menjahui larangannya, tapi masih juga belum ada jalan keluar. Ada satu hal yang kita lupakan sebenarnya. Apa itu ? Taqwa mengandung pengertian ikut atau manut atau patuh pada sunatullah. Nah ini dia. Patuh pada sunahNya. Salah satu sunahNya dapat kita jumpai keterangannya dalam Hadis Qudsi,yaitu Allah berfirmanbahwa ” Ana ‘inda dloni ‘abdii” yang artinya ” Aku ( ALLAH ) ada dalam prasangka hambaKu atau Aku mengikuti prasangka hambaku.” Jelasnya jika kita merasa bahwa Dia itu sayang pada kita pasti Dia sayang pada kita. Sebaliknya jika kita merasa bahwa Dia itu pelit, wah pasti pelit jadinya. Jadi hati-hati lho! Disinilah kita temukan jawabannya, yaitu pengembangan atau olah kemampuan rasa / emosi ( sir,arab) dan spiritual kita. Sebab apa? Sebab letak prasangka, keyakinan dan energi ilahiyah itu memang dalam kedalaman rasa atau emosi dan spiritual kita. Akal fikiran dan gerak fisik kita tinggal mengikuti saja. Jelasnya mengembangkan keyakinan dan keparahan total kepada kasih-Nya. HUBUNGAN QADLA DAN QODAR DENGAN IKHTIAR KITA. Dalam ajaran agama Islam ,ada yang disebut qadla’ dan qodar. Bahkan kepercayaan tsb. menjadi salah satu rukun keimanan. Masalahnya adalah dimana letak perhubungan antara qadla’ qodar dengan ikhtiar kita ? Qadla’ lebih berhubungan dengan ilmu Allah, artinya secara azali / secara dari awalnya Allah maha mengetahui apapun yang akan terjadi terhadap kita. Juga artinya apapun yang terjadi pada kita semata-mata karena ijinNya,karena kekuasaanNya. Sedangkan qodar lebih bermakna ketentuan atau putusan Allah terhadap apa2 yang berlaku. Atau dengan kata lain,qodar adalah pelaksanaan dari qadla’Nya Allah. Disinilah masuknya peran ikhtiar manusia,baik ikhtiar lahiriah maupun bathiniah seperti doa, tirakat, usaha dll. Tetapi usaha manusia itu diijini Allah berhasil bukan berarti usaha manusia itu mampu membelokkan kehendak Allah, tetapi semata-mata karena belas-kasihan [rahmat] Allah yang sangat besar kepada manusia. Itulah sifat Allah yang disebut AR-RAHMAN yang harus kita yakini. Bahkan usaha manusia itupun sudah masuk dalam qodlo’ Allah sendiri. Atau ibaratnya begini. Ikhtiar manusia yang berupa doa dan usaha itu seperti kita membuka pintu dan jendela rumah kita sehingga cahaya matahari masuk ke rumah kita. Bukanlah usaha pembukaan pintu dan jendela tersebut mampu memaksa matahari bersinar, namun hakekatnya matahari memang sifatnya sudah bersinar, sehingga upaya pembukaan pintu dan jendela adalah upaya menerima sinar tsb. Demikian juga upaya doa dan ikhtiar adalah membuka pintu diri terhadap rahmat Allah yang memang secara azali dan kekal bersifat RAHMAN, berbelas kasihan dan penuh anugerah. Nah cobalah anda perhatikan keluar masuknya nafas anda barang sejenak. Biarkan saja keluar masuk secara wajar. Amati saja. Adakah anda pernah merencanakan keluar masuknya nafas anda ? Atau adakah pernah anda capek2 mengaturnya? Tidak bukan? Sebenarnya Allah sendiri yang mendorong keluar masuknya nafas anda. Dia tahu kebutuhan jasad anda supaya tetap exis. Itulah kenapa Dia berfirman bahwa Dia itu bahkan lebih dekat kepada anda dari pada urat leher anda sendiri. ” Wa nahnu aqrobu ilaihi min hablil wariid “. Dia senantiasa berperan kepada kita,Dia tidak pernah meninggalkan kita,senantiasa memerhatikan kita bahkan lebih dari orang tua yang memerhatikan bayinya. Kitalah yang sering meninggalkanNya. Semoga dengan merenungkan paparan diatas, bisa tergugah rasa pengharapan dan keyakinan kita kepadaNya. Amiin Menggapai Sukses. Sukses,sukses dan sukses. Itu menjadi impian setiap manusia di kolong jagad raya ini. Namun banyak dari kita yang bingung sendiri karena tidak tahu kesuksesan macam apa yang dicari dan bagaimana untuk mencapainya. Salah satu indikator mendasar dari sukses adalah tercapainya hajad kita dalam kehidupan ini. Nah berikut adalah sekedar beberapa hal yang layak kita renungkan berama dalam menggapai sukses ini. 1. Jika ingin doa kita terkabul maka lebih banyaklah mendoakan orang lain, bahkan orang yang memusuhi kita sekalipun. Karena sebelum orang yang kita doakan tersebut mendapatkan hajadnya maka kita akan mendapat hajad kita lebih dulu. Sebaliknya jika kita kita mengutuk orang lain maka sebelum kutukan kita terjadi pada orang yang kita kutuk, maka kutukan akan sampai ke kita lebih dulu. 2. Banyak memberi maka akan banyak menerima. Alam adalah guru terbaik bagi kita,karena pelajaran alam adalah pelajaran dari Tuhan. Perhatikan sebuah pohon mangga. Jika kita rawat dia dengan baik, kita pupuk, kita siram air dsb, maka dia akan memberikan buahnya yang lebat kepada kita. 3. Berfikir positif. Efek dari berfikir positif sangat luar biasa, terutama berfikir positif terhadap Allah. Senantiasa rasakan bahwa dia Maha berkasih ayang terhadap kita. 4. Senantiasa menjadi matahari bagi lingkungan dimanapun kita berada. Jangan banyak mengeluh kepada sesama karena hal demikian akan membuat lingkungan menjahui kita. Tebarkanlah senyum dan senantiasa jadilah orang yang siap menjadi penyelesai masalah kepada lingkungan anda maka lingkungan anda akan menjadikan anda orang yang penting, yang apa bila anda tak ada diantara mereka maka anda akan senantiasa dicari. Salam, Tiknan Tasmaun




http://tiknan.blogspot.com http://hidupsuksestiknan.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment